Minggu, 09 November 2008

Sepenggal Kisah

Sepenggal kisah ini sebenarnya sudah lama terjadi pada saya dan tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Kejadian ini terjadi pada waktu sehari setelah saya gajian.

Kantor saya terletak di Gunung Sahari Raya. Saya berangkat ke kantor dengan menggunakan angkot Mikrolet M12 jurusan Senen – Kota. Angkot yang saya tumpangi ini masih sepi, jadi hanya saya saja yang naik. Saya duduk di belakang dekat supir. Ketika hampir sampai di Pasar Baru, M12 berhenti karena ada seorang laki-laki mau yang naik dan duduk disebelah kiri saya tapi agak pojok kebelakang. Kemudian M12 jalan lagi tapi pelan. Kira-kira 10 – 15 meter M12 berhenti lagi, ada 2 orang laki-laki yang mau naik lagi dan mereka duduk berhadapan dengan saya. Tiba-tiba perasaan saya tidak tenang, ada menyuruh saya untuk turun, tapi entah mengapa saya tidak mau turun, saya bilang pada diri saya untuk tenang, karena Tuhan ada beserta saya. Setelah melewati Pasar Baru, ada lagi 2 orang laki-laki yang mau naik, yang 1 duduk di depan sebelah supir, yang 1 duduk disebelah kanan saya.

Angkot yang saya tumpangi sudah mulai penuh dan supir pun mulai tancap gas. Perasaan semakin tidak tenang, seperti bergejolak yang tidak beraturan, rasa takut dan gemetar bercampur aduk tidak karuan. Saya juga bingung kenapa. Kemudian penumpang di sebelah kanan saya berbicara (tidak begitu perhatikan pembicaraan) dengan penumpang yang disebelah supir. Entah mengapa hati saya langsung menjerit “Tuhan tolong saya”. Pertama saya juga kaget kenapa bisa begitu, tak lama kemudian ternyata mereka satu komplotan yang mau merampok saya. Supir juga tidak bisa berbuat apa-apa karena disebelahnya ada yang menjaga dia.

Tas saya diambil dan dirogoh. Sebelah kiri saya mengancam saya supaya jangan macam-macam sambil memegang wajah saya dengan kasar. Saya tidak dapat berbuat apa-apa. Yang saya bisa lakukan hanya berteriak dalam hati “Tuhan tolong saya” dan saya melihat ke tas saya, uang gaji saya yang saya ambil kemarin dan saya lupa menaruhnya dirumah, handphone, uang perusahaan (sekitar Rp. 4 - 5 juta) dari hasil pameran yang saya jaga semalam, semuanya diambil. Kemudian saya ditanya-tanya sama mereka. Kerja dimana, sebagai apa. Saya jawab di Golden dan sebagai SPG. Saya takut, sampai-sampai asal omong saja yang terlintas dipikiran saya (padahal saya tidak bekerja disana.)

Ketika di perempatan Hotel Golden, beberapa ada polisi yang mengatur lalu lintas, tapi saya tidak berani untuk berteriak. Komplotan ini berbicara satu dengan yang lainnya untuk hati-hati ada polisi. Kemudian angkotnya sudah mau sampai di Golden, mau tidak mau saya minta stop sama supir. Saya langsung dibentak sama yang sebelah kiri saya, “Kenapa di stop?!” Saya jawab “Udah nyampe Golden.” Kemudian dia bilang “Ya udah turun sana!”. Tapi saya di hadang sama komplotan yang berhadapan dengan saya (sepertinya sih ketua komplotannya), dia bilang “Tunggu, balikin semuanya!” Temannya jawab “Serius luh bos?” dengan mata melotot tidak rela. “Iya, gue serius, luh balikin tuh semuanya, cepet!”

Saya turun melihat isi tas saya, tidak ada satupun yang berkurang. Saya sempat bengong dan terheran-heran. Tapi tiba-tiba pikiran saya menyuruh saya untuk cepat sadar dan segera ke kantor. Jantung saya seakan-akan berhenti dan saya tidak merasakan saya berdiri diatas kaki saya. Semua tubuh saya seakan-akan mati rasa. Saya berjalan tapi seakan-akan saya tidak merasakan saya berjalan. Ketika sampai di lobby kantor, teman-teman kantor saya menyapa saya, saya bisa mendengar mereka tapi entah mengapa saya tidak merespon sapaan mereka. Sesampainya saya di kantor, saya duduk dan teman-teman saya bertanya pada saya “Kamu kenapa?” Saya tidak bisa menjawab, teman saya bingung sampai-sampai menepak punggung saya. Saya pun langsung tersadar dan saya hanya bisa bilang “Saya abis dirampok”

Kagetlah satu ruangan. Mereka langsung penuh dengan pertanyaan-pertanyaan. Dimana? Apa saja yang diambil? Uang pameran juga? Berapa orang? Pagi-pagi gini? Kemudian saya hanya menjawab “Tadinya diambil tapi udahannya balikin” Dan respon mereka bersamaan “Hah???!!!” terus aku ceritain semuanya. Langsung gegerlah satu kantor…

Ada hal-hal yang saya pelajari dari pengalaman ini :
1. Jangan anggap remeh dengan suara hati yang tiba-tiba karena Tuhan menciptakan suara hati sebagai warning untuk kita. Suara hati kita begitu peka.
2. Ingat Tuhan dalam kondisi apapun dan percaya bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita sedetik pun.


May God Bless You All...

3 komentar:

Salman Firdaus mengatakan...

ajaib.. ketua geng rampok yang baik hati.. tapi jahat.. tapi baik hati.. tapi jahat.. tapi, ah cape...

wnz_desire mengatakan...

Diana ga smua org bs seberuntung u,smoga dr pengalaman yg ada u bs belajar lebih hati2 lg,smua keluarga & lo slalu dilindungi & diberkatiNya,amien

alakadarnya mengatakan...

wah,,serem mat c pengalaman nyua c
hehehe
tapi untung perampoknya ngak knapa" ya c
wkwkwkk,,kiding"