Senin, 08 Desember 2008

I'm A Hero

Saya dan kedua teman saya (Julina dan Livinna) mengadakan pertemuan yang sudah lama direncanakan tapi baru saat itu terealisasi. Setelah bertemu, kami bertiga pergi ke Platinum karena Platinum dalam rangka promo Hero Fried Rice, dimana ada tantangan makan nasi goreng dua porsi dan itu pun harus dihabiskan dalam waktu kurang dari 15 menit. Apabila berhasil maka akan mendapatkan hadiah berupa voucher paket Combo Teppanyaki.

Ketika baru duduk, saya melihat sebelah meja saya. Ada 3 pria, salah satunya pesan Hero Fried Rice. Saya kaget, dalam hati saya bilang “Buset dah… Buanyaak buaangeet… Bisa abis ga nih…?” Saya mulai ragu menjadi jiper (nyali menjadi ciut).

Kemudian pelayannya datang memberikan menu. Saya menoleh lagi ke meja sebelah. Ternyata pria yang makan Hero Fried Rice itu tidak sanggup untuk menghabiskannya. ”Waduh.. Nih cowo aja ga abis, apalagi gue?”. Kedua teman saya memberikan semangat kepada saya untuk memesan Hero Fried Rice. Kemudian saya pikir-pikir lagi. Pesan, tidak, pesan, tidak… Akhirnya saya pesan…

Sekitar 5 – 10 menit kemudian, seorang pelayan datang dengan membawa piring yang besar dengan segunung nasi goreng dan diatasnya ada seceplok telur goreng, sebuah bendera dan timer. Jantung saya mulai berdebar-debar, seakan-akan akan menjalani sebuah pertandingan yang sulit untuk dilalui. Pelayannya bertanya, “Apakah sudah siap?”, saya mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan cepat dan tersenyum paksa sambil menganggukkan kepala. Kemudian timer pun dimulai.

Julina dan Livinna langsung menyemangati saya, “Ayo Nana… Kamu bisa…” Sebelum suapan pertama, saya menyemangati diri dengan berkata, “ Kambate Kudasei…!!!” Suapan pertama, kedua, ketiga… Tak serasa nasi goreng di piring tinggal ¼ nya. Livinna bilang “Na, udah pelan-pelan aja. Sekarang baru 5 menit.” “Hah?! Baru 5 menit?” Kemudian saya mulai perlahan untuk menghabisi nasi goreng yang tersisa.

Sambil berbincang-bincang dan becanda dengan Julina dan Livinna, nasi goreng sudah habis. Dengan spontan saya mengibarkan bendera kemenangan. Semua mata pengunjung yang lain menatap saya, saya berkata pada kedua teman saya “Waduh mokal banget nih gue.”

Kemudian seorang pelayan datang, menyetop timer yang menunjukkan 9 menit 11 detik dan berteriak, “HERO!!!” dan disusul oleh para pelayan lainnya membunyikan klakson “TOEEETTT…!!!” dan serentak berteriak, “HERO, HERO, HERO…!!!” “Alamak… tengsin banget gue…”, kata saya. Teman-teman saya malah tertawa terbahak-bahak dan bilang “Hidup Nana…!!!”

Tak lama kemudian seorang pelayan datang lagi dan meminta saya untuk mengisi data. Saya melihat daftar para pemenang yang rata-rata adalah pria dengan durasi 8 – 13 menit dan ada juga beberapa wanita dengan durasi 11 – 14 menit. Dalam hati bilang “Buset deh, ternyata diantara para cewe, gue yang paling cepat ya?!”. Setelah mengisi data saya diberikan voucher paket makan yang dijanjikan. "Hore...!!!", teriak Julina dan Livinna.

Di luar jendela, saya melihat hujan turun dengan deras. Sambil nunggu hujan berhenti saya saya pesan minum Iced Cappucino, terus pikir punya pikir “Nih ujan kayaknya lama nih, apa gue claim aja nih voucher yach? Sambil nunggu ujan? Lagipula kan belum tentu dateng lagi” Setelah rembukkan dengan teman-teman saya, saya panggil pelayan dan sambil malu-malu saya claim vouchernya. Pelayannya bengong dan bertanya “Ini buat sekarang?” kemudian saya menganggukkan kepala sambil tersenyum malu. Mungkin dalam hatinya bilang “Gile nih cewe, makannya banyak banget”

Kemudian setelah sehabis makan bayar semuanya, ketika beranjak keluar, pelayan yang tadi senyum-senyum dan mengucapkan “Terima kasih dan datang kembali yach…?” Saya dan teman-teman saya hanya senyum dan cepat-cepat kabur karena tidak tahan menanggung malu.…”

[+/-] Selengkapnya...

Sabtu, 06 Desember 2008

Goodbye vs Welcome

Perusahaan dimana saya bekerja terkena imbas dari krisis global. Total karyawan yang di PHK adalah 60 orang dan para staff di divisi saya termasuk divisi yang paling banyak yang kena PHK. Para staff di divisi saya di babat habis. Sedangkan saya termasuk staff yang dipertahankan dan di mutasi ke divisi lain.

Sebut saja divisi saya KRI dan divisi lain OLY. Saya diterima di perusahaan dikarenakan perusahaan tersebut akan membuka divisi baru yang bernama KRI. KRI ini sebelumnya memang sudah ada, tetapi masih belum mandiri dan berkembang, dan masih numpang di divisi OLY. Suatu ketika, big boss mencetuskan untuk memandirikan KRI dengan membuka divisi baru.

Beberapa tahun kemudian, KRI sudah mulai berkembang dan bahkan dari segi penjualan, KRI hampir menyaingi OLY, dengan catatan secara promosi, OLY mendapatkan yang terbaik dan KRI diibaratkan sebagai anak tiri. Memang, jika dari segi omset, OLY bisa 3 kali dari KRI. Bagaimana tidak, harga satu barang OLY sama dengan 3 – 4 kalinya KRI.

Jika dilihat dari segi banyaknya pekerjaan, KRI tidak kalah banyak dengan OLY. Dari segi suasana bekerja, KRI adalah divisi yang paling hangat dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan, Supervisor KRI mempunyai prinsip kepada anak-anak buahnya bahwa cara-cara penanganan tanggung jawab pekerjaan masing-masing bisa dilakukan secara bebas tapi bertanggungjawab. Dengan cara ini, kami para staff KRI pun tidak mempunyai beban dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaannya. Bahkan, selama 4 bulan ini pekerjaan bertambah banyak dan tidak ter-handle kami rela bekerja lembur (tanpa dibayar).

Para staff KRI pun mempunyai solidaritas yang tinggi karena sering bareng-bareng. Bisa dibilang makan bareng, pulang kerja bareng, hang-out bareng, ketawa bareng, bahkan gila pun bareng.

Kini, pekerjaan operasional KRI digabung dengan OLY dan OLY yang sekarang menjadi divisi yang super extra job, dengan kondisi tanpa ada tambahan staff. Bisa dibayangkan seberapa banyak dan bagaimana gilanya pekerjaan yang menanti?

Jadi tidak salah jika saya mengucapkan “Selamat tinggal rekan-rekan seperjuangan dan selamat datang penderitaan…”

[+/-] Selengkapnya...